Jauh sekali bedanya cara kita mengajar sebelum dan sesudah mengikuti Training. Dua hari mengikuti Diklat Kecil (shokenshu), mampu membangkitkan semangat untuk berusaha selalu membuat rencana persiapan sebelum mengajar. Dua minggu kita Diklat Tingkat Dasar, Menengat, dan seterusnya hingga kita ikuti Training di Jepang minimal dua bulan mampu mengubah prilaku kita dalam menyusun rencana persiapan dan pelaksanaan cara mengajar dengan optimal dan tuntas, mulai dari pengantar hingga kesimpulan dan evaluasinya. Harapannya agar cara kita mengajar minggu berikutnya menjadi lebih baik. Demikianlah manfaatnya Training telah mengubah prilaku cara kita mengajar lebih baik. Begitu juga dengan puasa kita selama satu bulan telah memposisikan kita sebagai peserta training, ...
Bagaimana manfaat TRAINING KITA selama berpuasa di bulan Romadhon? Bagaimana pula prilaku kita setelah mengikuti Training tersebut?
Berikut dialog yang tersurat di salah satu kitab suci : Diriwayatkan bahwa Nabi Musa AS, dihardik oleh Sang Kholik, “Mana ibadah yang dapat kau persembahkan untuk-Ku?”
Nabi Musa terhentak kaget, lalu menjawab, “Sholatku, zakatku, hajiku, umrohku, dan puasaku semuanya hamba persembahkan untuk-Mu, wahai Yang Maha Pengasih dan Penyayang.”
Jawaban Sang Kholik, “Itu untukmu, itu kesolehan pribadimu, itu hakmu bukan untuk-Ku.”
Nabi Musa melanjutkan dialognya, “Ya Tuhan, tunjukilah kepada hamba mana ibadah yang dapat hamba persembahkan untuk-Mu?”
Sang Kholik menjawab, “Berbaik-baiklah kau dengan saudaramu, berbaik-baiklah kau dengan keluargamu, berbaik-baiklah kau dengan sahabatmu, berbaik-baiklah kau dengan tetanggamu, berbaik-baiklah kau dengan semua manusia yang ada di muka bumi ini.”
Dialog di atas menunjukan ada dua dimensi kesolehan sebagai kesempurnaan keimanan seseorang yaitu kesolehan pribadi berupa ibadah ritual, dan kesolehan sosial berupa ibadah yang bersifat horizontal yakni bagaimana kita menjaga hubungan baik dengan sesama manusia.
Kita berharap hubungan silaturahmi dan komunikasi kita lewat warung ini termasuk kesolehan sosial. Kita saling tukar informasi dan memberi saran. Kita segera KAKUNIN (komfirmasi) ketika ada perbedaan persepsi sehingga persaudaran dan kebersamaan kita tetap terjaga.
Indah sekali kebersaman ini, baik sebagai pembaca, komentator, maupun penulis yang telah menyumbangkan konstruksi pemikirannya melalui warung ini. Semoga kesolehan sosial di bulan Romadhon ini sebagai latihan (training) kita dalam upaya menjaga, memelihra, dan meningkatkan silaturahmi dan komunikasi.
Berhasilkah training kita selama berpuasa di bulan Romadhon?
Mari kita buktikan dengan prilaku kita 11 bulan berikutnya setelah bulan Romadhon ini. Apakah masih sama seperti disaat bulan Romadhon? Apakah meningkat, yakni prilaku kita di 11 bulan itu lebih baik daripada saat training di bulan Romadhon? Ataukah justru sebaliknya kembali lagi seperti sebelum training di bulan Romadhon? Mudah-mudahan kita tergolong orang yang lebih baik menyandang predikat kesolehan sosialnya setelah mengikuti Training di bulan Romadhon ini. Semoga, .....
Akhirnya, mari kita saling memaafkan. Selamat Lebaran kepada yang merayakannya. Semoga ibadah kita diterima. Amin
Kita juga patut bersyukur bahwa toleransi sosial di antara umat beragama begitu kental kita rasakan sehingga kita terjaga dan terpelihara untuk melaksanakan kesolehan pribadi berupa ibadah ritual sesuai keyakinan masing-masing. Selain itu, kesolehan sosial kita pun insya-Allah mampu melibatkan semua unsur dalam menjaga dan memelihara hubungan horizontal kita di antara sesama manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar