
Kesan yang terungkap di atas salah, sebab sesuai motto yang dianutnya, ia lebih baik menggunakan kata “meskipun” bukan kata “karena”..... Buktinya? Ia rendah hati meskipun jabatan Ketua Jurusan disandangnya. Ia mampu menghipnotis rekan-rekannya saat memberikan wejangan meskipun sekedar ungkapan cerita dan hayalan. Ia mampu mengocok perut kita hingga tertawa terpingkal-pingkal meskipun celotehannya kelihatan serius. Ia tidak pernah mengeluh meskipun setumpuk pekerjaannya. Ia biasa-biasa saja meskipun menjadi karyawan teladan. Ia tidak pernah sombong meskipun telah mendapat penghargaan dari Presiden SBY.
Hal yang mengejutkan, seorang anak ngamen pernah dibuat termehek-mehek olehnya karena diminta menyanyikan 10 lagu Indonesia pop nostalgia. Anak ngamen itu memperoleh bayaran Rp 2000,- saja, karena ia hanya mampu menguasai dua lagu. Di tempat dan waktu yang berbeda seorang pengamen serba bisa malah ketagihan. Ia mampu menyanyikan 20 lagu permintaan Kang Prabu yaitu 10 lagu Indonesia pop dan 10 lagu barat nostalgia. Di saat Kang Prabu bersama tiga orang sejawatnya menikmati minuman bajigur di jalan Citarum bandung, pengamen serba-bisa itu nyeloteh, “Coba kalau tiap malam Bapak-bapak ini selalu datang kemari.” Kang Prabu sepontan menjawab membuat pengunjung lainnya tertawa terbahak-bahak, “Raos di akang, teu raos di abdi ari kitu mah.” (Kamu yang enak, saya....?” ).
Itulah sebuah peristiwa seorang pengamen yang ketagihan karena ia memperoleh bayaran Rp 40.000,- dari Kang Prabu dan tiga orang sejawatnya. Peristiwa seperti ini cerminan dari sosok kang Prabu yang selalu berdalih, “Manakala kita sengsara, perbanyaklah berinfak. Insya-Allah akan dilipatgandakan 10, 100, hingga 1000 kali oleh Allah.” Kedermawanan kang Prabu membuat rizki bercumbu mengakrabinya, bagaikan derasnya air mengalir kepadanya.Terbukti karirnya berjalan dengan mulus mulai jadi guru honorer hingga sekarang menjadi Widyaiswara bahasa Jepang.
Menurut pria yang dilahirkan di kota tahu Sumedang Jawa barat ini, pekerjaan apapun harus kita syukuri. Nikmatilah pekerjaan itu. Bersenang-senanglah dengan pekerjaan itu. Melalui pekerjaan itu, jadilah orang yang bermanfaat untuk lingkungan sekitar. Kuncinya? Menjalin silaturahmi, menciptakan wahana komunikasi keilmuan dan keteladanan, sehingga terciptalah forum ilmiah yang kondusip bagi para guru bahasa Jepang di Indonesia dalam upaya mengukir prestasi dan memiliki kepribadian yang handal. Maka, puluhan program kerja disiapkan setiap tahunnya untuk menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan guru bahasa Jepang di seluruh pelosok tanah air. Kekuatan moral dan keteladanan selalu ia kedepankan dalam bertutur dan berprilaku ketika mendampingi para peserta diklatnya, dengan harapan mereka akan bangkit semangatnya. Semangat untuk memegang teguh dan menjunjung tinggi moralitas selagi punya waktu sebelum maut menjemput. Semangat untuk berkarya selagi muda. Semangat untuk bercinta diusia tua yakni cinta pada keluarga, cinta pada anak didik, cinta pada pekerjaan, serta cinta pada bangsa dan negara.
Sarjana IKIP Bandung tahun 1985 Program Pendidikan Bahasa Jepang Jurusan Bahasa Asing FPBS ini, disela-sela kesibukannya yang merangkap sebagai pengurus anak yatim, ia merasa bersyukur bahwa gelar Master Pendidikan pun telah diraihnya. Dalam melaksanakan tugasnya, tidak hanya berbagai daerah di seluruh pelosok tanah air ia kunjungi, tapi beberapa negara pun pernah ia kunjungi seperti Jepang dan Singapura. Ia masih merasa belum puas untuk mengabdikan dirinya dan mewujudkan cita-citanya yaitu membentuk guru bahasa Jepang yang berkompeten, baik kepribadiannya, profesionalismenya, maupun sosial kemasyarakatannya, MESKIPUN ilmu dan pengalamannya ia peroleh dari dalam dan luar negeri.
1 komentar:
Wooo, ini to orangnya. Sudah lama saya dengar ceritanya dari orang lain. Wih, memang benar. Ceritanya sama dan sebangun dengan data yang saya baca ini.
Selamat berkarya. Semoga semakin jaya!
Posting Komentar