TAHUKAH ANDA? Banyaknya jumlah kelas, impian guru honorer. Kelas yang banyak berdampak positif terhadap besarnya penghasilan setiap bulan. Menjeritlah hatinya ketika impian itu tidak terwujud. Pasang surut jumlah penghasilan guru honorer setiap saat selalu mengancam. Ketika jumlah kelas berkurang, menjadi kurang pula penghasilannya. Maka, guru honorer pun harus siap memahaminya. Akan tetapi, kejutan yang tidak membahagiakan bagi guru honorer ketika jumlah jam mengajarnya dikurangi karena dibagi rata dengan guru seprofesi yang baru ditempatkan di satu sekolahan. Ketika tubuh tergores pedang, banyak obat kita cari. Namun, ketika hati kita tergores karena perisriwa di atas, ke mana tah obat akan kita cari?
Peristiwa ini aku alami 20 tahun yang lalu. Dikala itu, mulailah putar otak, berusaha mencari jalan keluar agar memperoleh kesempatan untuk bekerja di tempat lain. Upaya demi upaya dilakukan secara terus-menerus, tidak kenal lelah, dan permohonan doa pun seraya selalu dipanjatkannya. Alhamdulillah, proses upaya ini hanya berlangsung 3 tahun. Tuhan memberi kebahagiaan karena aku punya kesempatan mendampingi kader bangsa berwawasan masa depan, tentu saja menjadi guru. Detik berganti detik, jam, hari, bulan, serta tahun berganti tahun, upaya masih terus berlanjut. Berbagai kesempatan diklat pun baik di dalam maupun di luar negeri berkali-kali aku ikuti. Aku bersyukur sekali, karena predikat sebagai Instruktur sejak tahun 2002 hingga sekarang sudah aku sandang. Mengapa semua ini aku lakukan? Karena menjadi guru profesional adalah cita-citaku. Para pembaca yang budiman, …TAWAKALKAH SAYA?
Sekarang tahun 2009 kejutan yang kurang membahagiakan itu datang kembali disaat belasan seperjuanganku telah berhasil memperoleh tunjangan profesi yang diajukan sejak bulan Juli 2007, ….lagi-lagi aku tertinggal belum diketahui nasibnya. Putar otak pun diaktifkan kembali. Tanya ke sana kemari, susul dan kejar bola pun telah dilakukan karena ingin membuktikan kabar dan kepastian yang jelas ; bagaimana keberadaan sertifikasiku? Aku sangat memahami betapa sulitnya panitia daerah mengurusiku sendirian, bagaikan mengurusi 100 orang. Sebelum liburan tahun baru Januari 2009, aku pernah dipanggil, “Selamat katanya sich Bapak sudah lulus, tapi hitam di atas putihnya masih sedang diproses.”
Sampai kapankah proses itu? Aku tidak tahu,…. Kalau aku tanya panitia pun, “Belum tahu, karena masih diproses.” Begitu jawabannya. Aku berusaha memahami situasi dan kondisi seperti ini bahkan sekarang sudah didahului juga oleh teman seperjuanganku (peserta sertifikasi yang baru diajukan setahun setelahku). Aku menyadari proses pengurusan sertifikasiku menjadi tanggung jawab panitia, tidak boleh yang bersangkutan mengecek sendiri, tidak boleh yang bersangkutan menelusuri sendiri. Ini adalah aturan. Lantas upaya apa lagi yang bisa aku perbuat. Kali ini buntulah otakku, sudah tak bisa diputar-balikan lagi. Sampai saat ini belum tahu upaya lain yang bisa aku lakukan, …. TAWAKALKAH SAYA?
Hanya doa yang dapat kupanjatkan : Semoga para Asesor, panitia, dan penguasa terkait di negeri ini diikhlaskan dan dijernihkan hatinya, dibuka pikirannya. Dibangkitkan semangat kinerjanya. Ya, Tuhan yang Maha Agung, berilah mereka kesehatan dan kemampuan agar dapat menyelesaikan tugasnya sesulit apa pun, sehingga para peserta sertifikasi yang memenuhi syarat dan berhak memperolehnya segera terwujud.
Mudah-mudahan ketertinggalanku ini menjadi hal terbaik bagiku, insyaallah kebahagiaan lain akan aku dapatkan dengan izin dan ridlo-Mu ya Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Engkaulah Penolongku. Engakaulah Pelindungku. Maka, bimbinglah aku agar menjadi orang yang Engkau kasihi. Menjadi orang yang Engkau sayangi, dan menjadi orang yang bermanfaat buat diriku, keluargaku, saudaraku, sahabatku, tetanggaku, dan masyarakat, bangsa, serta negaraku tercinta….
Akhir kata, TAWAKALKAH SAYA?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar