Pertanyaan itu sering terlontar ketika orang menyaksikan tontonan yang mengandung cerita, baik yang disuguhkan di panggung, melalui siaran radio, maupun lewat tayangan televisi. Bahkan ada yang bertanya lebih lanjut, adakah hubungannya dengan sinetron, film, wayang, dan boneka semacam ”Teletabis”? Penjelasan berikut mungkin dapat menghilangkan keragu-raguan itu.
Drama, menurut etimologinya berasal dari bahasa Yunani dram yang berarti ’gerak’. Tontonan drama memang menonjolkan percakapan dan gerak-gerik para aktor. Percakapan dan gerak-gerik itu memeragakan cerita yang tertulis dalam naskah. Dengan demikian penonton dapat langsung mengikuti dan menikmati cerita tanpa harus membayangkan, karena semuanya sudah diperagakan/ditampilkan secara lengkap di atas panggung.
Teater dipungut dari bahasa Inggris theatre yang dapat berarti ’dunia sandiwara’. Kata theatre bahasa Inggris itu berasal dari bahasa Yunani theatron yang artinya ’takjub melihat’. Mungkin, banyak penonton merasa takjub dan puas menyaksikan tontonan drama yang dipentaskan di panggung itu.
Sandiwara berasal dari bahasa Jawa sandi yang berarti ’rahasia’ dan warah yang berarti ’ajaran’. Sandiwara berarti ajaran yang disampikan secara rahasia atau tidak terang-terangan. Mengapa? Karena lakon drama sebenarnya mengandung pesan/ajaran (terutama ajaran moral) bagi penontonnya. Penonton menemukan ajaran itu secara tersirat dalam lakon drama. Misalnya, orang yang menebar kejahatan akan menuai kehancuran.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa drama, teater, dan sandiwara itu sebenarnya sama, yaitu semuanya bentuk tontonan yang mengandung cerita. Selanjutnya, drama dapat digolongkan dengan dasar yang bermacam-macam. Salah satunya berdasarkan sarana. Berdasarkan sarana/alat yang digunakan untuk menyampaikan kepada penikmat (penonton, pemirsa, atau pendengar), drama dapat digolongkan menjadi enam jenis, yaitu: drama panggung, drama radio, drama televisi, drama film, drama wayang, dan drama boneka. Penjelasannya sebagai berikut.
Drama panggung dimainkan oleh para aktor di panggung pertunjukan. Penonton berada di sekitar panggung dan dapat menikmati secara langsung dengan cara melihat perbuatan para aktor, mendengarkan dialok, bahkan dapat meraba kalau mau dan boleh.
Drama radio tidak dapat dilihat dan diraba, tetapi hanya dapat didengarkan oleh penikmat. Berbeda dengan drama panggung yang dapat ditonton saat dimainkan, drama radio dapat disiarkan langsung dan dapat pula direkam dulu lalu disiarkan pada waktu yang dikehendaki. Jika mau, dapat pula disiarkan berulang-ulang.
Drama televisi dapat didengar dan dilihat (meskipun hanya gambar). Hampir sama dengan drama panggung. Bedanya, drama televisi tak dapat diraba. Drama televisi dapat ditayangkan langsung, dapat pula direkam dulu lalu ditayangkan kapan saja sesuai dengan program mata acara televisi. Drama televisi sering disebut sinetron (sinema elektronik).
Drama film hampir sama dengan drama televisi. Bedanya, drama film menggunakan layar lebar dan biasanya dipertunjukkan di bioskop dan penontonnya berduyun-duyun pergi ke bioskop. Namun, drama film dapat pula ditayangkan dari studio televisi sehingga penonton dapat menikmati di rumah masing-masing.
Drama wayang, para tokohnya digambarkan dengan wayang atau boneka kecil yang dimainkan oleh daalang. Wayang kulit (Jawa) atau wayang golek (Sunda) termasuk drama karena ada cerita dan dialog. Cerita dan dialog itulah yang menjadi ciri khas drama secara umum.
Drama boneka hampir sama dengan wayang. Bedanya, dalam drama boneka para tokoh digambarkan dengan boneka yang dimainkan oleh beberapa orang. Bahkan, jika bonekanya besar (di dalamnya ada orang), boneka itu dapat bermain sendiri tanpa dimainkan dalang.
Itulah macam-macam drama berdasarkan sarana yang digunakan. Drama apa yang Anda sukai?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar