Tak dapat di sangkal bahwa kepala sekolah adalah orang yang paling sering berpidato di depan siswa. Kebanyakan pidato itu disampaikan dalam upacara bendera setiap hari Senin. Karena seringnya berpidato di depan pendengar yang sama, wajar jika kepala sekolah terkadang “kehabisan akal” atau bingung. “Mau pidato tentang apa?” barang kali demikianlah pertanyaan yang sering muncul setiap akan menyampaikan pidato.
Siswa yang sering mendengarkan pidato kepala sekolah pun terkadang merasa bosan. Bosan karena isinya diulang-ulang, atau bosan karena cara menyampaikannya memang tidak menarik. Sebenarnya, isi yang diulang-ulang pun tidak akan membosankan sekiranya kepala sekolah mampu menyampaikan secara tepat dan menarik.
Ada sejumlah kesalahan yang sering dilakukan kepala sekolah saat akan berpidato. Pertama, kepala sekolah tidak melakukan persiapan atau melakukan persiapan alakadarnya. Padahal, persiapan pidato memainkan peran yang amat penting. Berhasil tidaknya pidato sangat dipengaruhi oleh persiapan.
Apa yang dilakukan dalam persiapan? Kepala sekolah harus memilih topik yang sesuai dengan situasi sekaligus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Jika topik sudah ditentukan, bahan perlu dikumpulkan. Caranya, mengingat-ingat pengetahuan atau pengalaman yang ada hubungannya dengan topik, membaca berbagai sumber, atau bertanya kepada orang yang tahu. Berbagai informasi itu dipilih dan disusun menurut urutan yang dikehendaki menjadi kerangka pidato. Selanjutnya, kepalah sekolah berlatih berpidato berdasarkan kerangka itu.
Kesalahan kedua, kepala sekolah biasanya hanya menyiapkan isi pidato, tidak pernah memikirkan bagaimana cara menyampaikannya. Padahal, isi pidato dan cara menyampaikan itu sama pentingnya. Ibarat masakan, isi pidato itu daging dan cara menyampaikan itu memasaknya. Daging yang hanya direbus bisa dimakan dan juga bergizi, tetapi jika dimasak dengan benar dan ditambah bumbu-bumbu yang tepat, daging itu selain bergizi juga dapat dinikmati. Penikmat daging bisa puas dan ingin menikmati lagi pada masa yang akan datang. Demikian pula berpidato. Jika kepala sekolah menyampaikan dengan cara yang menarik dan memikat, pendengarnya bisa terpesona, bahkan bisa terkesima.
Kesalahan ketiga, kepala sekolah sering berpidato panjang. Dalam angan-angannya jika tidak panjang kurang mantap. Bahkan banyak kepala sekolah merasa “jago” jika mampu berpidato panjang. Padahal anggapan itu salah seratus persen. Yang jelas, kalau pidatonya terlalu panjang, siswa akan merasa bosan dan bahkan bisa menjadi jengkel. Lebih-lebih jika siswa berdiri, lelah, atau lapar.
Berkaitan dengan itu, ada cerita yang patut direnungkan. Di Afrika ada sebuah kampung kecil di tepi Sungai Nil. Istimewanya, selain selalu tampak bersih dan asri, semua warganya gandrung pada kegiatan berpidato. Di mana-mana ada orang berpidato dan pendengarnya selalu banyak. Siapa saja boleh berpidato. Syaratnya ringan, yaitu pembicara harus berdiri dengan sebelah kaki. Kaki yang lain ditekuk ke belakang, tidak boleh bergantian sampai pidatonya selesai.
Mengapa harus berdiri dengan sebelah kaki? Kemampuan orang berdiri dengan sebelah kaki amat terbatas. Ini berarti bahwa orang berpidato tidak boleh terlalu lama. Waktu yang diizinkan hanya sebatas kemampuannya berdiri dengan sebelah kaki. Kalau sudah lelah, tanda bahwa pidatonya harus segera diakhiri. Intinya, berpidato tidak boleh terlalu lama.
Hampir dapat dipastikan bahwa semua siswa menyukai pidato pendek, tetapi sudah memenuhi kebutuhan dasarnya. Apa kebutuhan dasarnya? Siswa ingin informasi lengkap tentang siapa, di mana, kapan, bagaimana, dan mengapa. Bila kebutuhan dasar itu sudah terpenuhi, siswa tidak butuh informasi lain.
Demikianlah, kepala sekolah sebaiknya berpidato pendek, terutama dalam upacara yang siswanya berdiri. Akan tetapi, harus diupayakan agar pidato pendek itu topiknya sesuai dengan situasi, disampaikan dengan cara yang menarik, dan isinya sudah memenuhi kebutuhan siswa. Jika kepala sekolah dapat melakukannya, dijamin pidatonya tidak membosankan.
1 komentar:
Saudaraku, apakah Saudara tinggal di lingkungan masyarakat majemuk? Apakah Saudara tinggal di lingkungan kampus, ataukah di sekolahan?
Terkadang kita diminta menyampaikan sambutan/ kesan dan pesan. Apa yang harus kita lakukan seandainya hal itu terjadi pda diri kita? Rasanya tulisan Saudara kita tentang pidato ini bisa menjawabnya,... Semoga
Posting Komentar